Monday, September 19, 2016

Konsep Geopolitik Indonesia Bernama Wawasan Nusantara

Konsep Geopolitik Indonesia Bernama Wawasan Nusantara

Sebagai negara kepulauan dengan seluruh potensi baik dan buruknya, serta perkembangan dunia dengan situasi keadaan negara-negara tetangganya, sudah seharusnya membicarakan keindonesiaan dengan konsep geopolitik. Karena studi-studi saat ini yang berkembang di Indonesia dan dipergunakan sebagai alat analisis dalam mencermati bahkan mengambil keputusan-keputusan negara, tidak lagi mencukupi kebutuhan akan itu.
Dengan bentuk kepulauan dan penyebaran demografi bahkan bencana alam Indonesia, secara jelas menunjukkan kelengkapan variabel-variabel dalam geopolitik, di mana distribusi kekuasaan dan penyelenggaraan pemerintahan tidak terlepas dari manajemen kewilayahan dalam negeri, hubungan luar negara, dan garis-garis batas negara sebagai bentuk pertahanan dan keamanan negara.
Pada tahun 1973, Yves lacoste dalam La géographie, ça sert d’abord à faire la guerre, mengingatkan bahwa geopolitik dalam hubungannya dengan kekuasaan adalah sebuah pelaksanaan.


Geopolitik, Sebuah Pengantar

Mengamati perkembangan politik internasional, sering kali kita jumpai kata ‘geopolitik’. Dengan tidak bersusah payah lantas kita menjurus terminologi geopolitik dengan posisi geografi negara-negara dan harga tawar masing-masing dalam percaturan politik internasional. Padahal, sedikit dari kita yang paham geopolitik sebagai konsep dan ilmu.
Sedangkan di Eropa, daratan tradisi para peneliti hubungan internasional, telah mengembangkan geopolitik menjadi ilmu terapan baru yang merupakan pengembangan dari cabang ilmu hubungan internasional. Menariknya, walau lapangan penelitian dan obyek penelitiannya adalah situasi politik internasional, geopolitik ditampung dan dikembangkan oleh para ahli ilmu geografi; bukan murni dari cabang ilmu hubungan internasional.
Situasi ini tampaknya dapat dijelaskan dengan melihat sejarah perjalanan ilmu hubungan internasional ketika muncul para behavioralis yang percaya bahwa mengamati fenomena internasional tidak cukup bergantung pada pisau analisis yang disediakan ilmu hubungan internasional, hingga perlu adanya perkawinan massal antara ilmu hubungan internasional dengan ilmu-ilmu lainnya.
Gelombang percampuran keilmuan ini dilakukan pada pertengahan tahun 1960-an dan puncaknya, awal 1970-an.
Geopolitik mempunyai empat konsepsi dasar, yaitu konsepsi ruang, konsepsifrontier, konsepsi kekuatan politik, dan konsepsi keamanan bangsa. Mengalami sejarah panjang dalam perkembangannya, geopolitik dimatikan berkali-kali sebagai ilmu, tapi selalu hidup kembali.
Akhirnya, geopolitik menjadi terma yang hanya digunakan dalam dunia jurnalistik untuk menghantar reportase kondisi percaturan dan persaingan politik internasional.
 
Geografi Politik

Geopolitik diawali dengan konsepsi geografi politik. Pertama kali, geografi politik diperkenalkan oleh seorang ahli geografi lulusan farmasi, Friedrich Ratzel, pertengahan abad ke-19.
Sebagai peneliti dalam bidang farmasi, Ratzel terinspirasi karya-karya yang menjelaskan hubungan antara alam dengan makhluk hidup, terutama Darwin dan Alexandre Von Humboldt.
Dalam pendekatannya, Ratzel sangat mempertimbangkan hubungan dan pengaruh milieu atas negara sebagai satu kesatuan yang hidup. Ide ini dikemukakannya dua kali dalam jurnal Anthropo-geographie di tahun 1882 dan 1891. Pada tahun 1897 dia makin memantapkan ide-idenya dengan menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul Politische Geographie.
Buku yang akhirnya dianggap sebagai fondasi disiplin ilmu geografi politik (Michel Korinman, 1990) ini diperuntukkan bagi para pengambil keputusan politik, pemerintah, terutama bagi para pemimpin Jerman dan bagi dirinya, seorang nasionalis anggota Liga Pangermaniste.
Ratzel menegaskan, dalam bereaksi atas keputusan-keputusan yang akan dibuat harus menggunakan intelektualitas yang dibutuhkan secara efektif dan selalu melihatnya atas ruang-ruang (space). Akhirnya, dengan formulasi dan tipologi yang diraciknya, geografi politik Ratzelian menjadi studi tersendiri dari ilmu geografi dengan negara sebagai obyeknya. Teori-teorinya yang normatif menjadi fundamen dari studi spasial dan politik (Raffestin, 1995 dan Rossier, 2003).
 

Wawasan Nusantara

Meminjam cara bertanya Aymeric Chauprade (2004) seorang ahli geopolitik Prancis, bisakah ilmu sosiologi saja dapat menjelaskan keadaan rakyat Indonesia saat ini? Bisakah ilmu ekonomi saja bisa menjelaskan tingkat hidup rakyat Indonesia? Bisakah teori-teori yang dibuat dan berdasarkan pengalaman negara-negara lain yang jelas-jelas berbeda budayanya dengan Indonesia dapat diterapkan?
Geopolitik sebagai instrumen yang menghubungkan negara dan ruang dengan menyediakan metodologinya dapat menjadi alternatif lain untuk melihat dan membuat keputusan-keputusan politik. Karena, ilmu ini membantu kita melihat hubungan antara negara dengan ruang-ruang yang ada di dalam dan sekitarnya.
Geopolitik mengajak kita melihat negara sebagai satu kesatuan yang hidup dengan kehidupannya sendiri. Sehingga jawaban atas pertanyaan di atas, jelas kita membutuhkannya. Padahal, konsep geopolitik Indonesia sudah sangat baik dirumuskan dalam konsepsi yang kita kenal sebagai ‘Wawasan Nusantara’. Sayangnya, seperti sudah menjadi kutukan bagi bangsa ini, secara sadar dan terang-terangan kita melupakannya